Ada suatu tarian bernama Tari Piring yang Menarik untuk dilihat merupakan tarian adat yang berasal dari minangkabau, mereka menampilkan tarian piring ini dengan menggunakan piring di telapak tangan mereka. Tarian ini memiliki gerakan yang serupa dengan gerakan para petani ketika bercocok tanam, saat mereka menanam dan menunai padi pada saatnya. Tari Piring Berfungsi untuk mensyukuri atas karunia Allah yang memberikan makanan berupa padi yang dapat kita makan sebagai penunjang hidup dan diiringi dengan lagu yang dimainkan oleh talempong dan saluang.
Tari Piring dalam Upacara Sakral
Piring yang ada tidak selalu dipegang dan diletakkan oleh para penari, melainkan pada suatu waktu mereka melempar ke udara dan juga menginjak piring tersebut. Tari Piring ini pada awalnya berasal dari Sumatra barat, sekitar hampir 800 tahun lalu tarian ini pertama kali diciptakan dan biasanya digunakan pada upacara – upacara sakral yang dilaksanakan. Sebelum memulai, piring yang ada merupakan piring pilihan dengan kualitas baik yang tidak retak maupun cacat, lalu setelah itu mereka melakukan latihan pernafasan dengan memgang piring tersebut dan berusaha untuk menopang nya dengan telapak tangan mereka dengan baik.
Tari Piring Dengan Ciri Khas Sendiri
Piring yang ada diusahakan jangan sampai terlontar dari pegangan telapak tangan dengan ciri khas jari tangan kanan dan satu di jari tangan kiri disematkan pula sebuah cincin indah dengan emas asli yang digunakan untuk mengawali tarian tersebut. Untuk pria dan wanita menggunakan cincin dengan motif dan berat yang sama dalam tari piring ini.ini. Mereka sekaligus menunjukkan cincin tersebut kepada para penonton sebagai symbol yang menarik dalam tari piring ini. Pada saat hendak mengawali Tari Piring tersebut, awalnya diikuti dengan bunyi rebana dan gong.
Dan pada saat Tari Piring berlangsung, mereka melakukan tarian dengan menghadap para pengantin saat mereka melakukan tarian ini pada acara pernikahan, dan mereka harus menghadap ke arah orang yang menikah dan tidak boleh membelakangi orang yang menikah tersebut dikarenakan akan membawa dampak buruk bagi orang yang menikah tersebut. Ketukan jari – jari pada penari harus serentak dan sesuai antara penari satu dan lainnya agar menghasilkan harmoniasi yang sesuai. Ketukan dan harmonisasi tersebut dibunyikan cukup keras agar dapat didengar oleh pemirsa yang menonton tari piring tersebut.
Untuk mengakhiri Tari Piring Traditional, para penari melakukan sembah penutup dengan menyembah para pengantin di depan dan diakhiri dengan susuan sendiri. Susunan tersebut harus benar dan tidak boleh salah karena dapat memiliki makna lain jika salah dalam susunan tersebut. Dengan adanya tari piring ini pada prosesi pernikahan, diharapkan akan membawa kabar baik bagi pasangan tersebut dan seutuhnya saling menyayangi dengan kasih dan juga adanya makanan yang cukup bagi pasangan tersebut. Sang pengantin tersebut diibaratkan sebagai raja dan ratu sehari yang dipuja oleh para penari ini dalam Tari Piring.
0 komentar:
Posting Komentar